Jumat, 09 Maret 2012

Cinta dalam Masa Ini, Akankah Berakhir di Prosesi?


            Siapa yang tidak mau hubungan asmara di kala menjadi praja, berakahir di pelaminan dengan didahului dengan Prosesi? Pasti semua kita menginginkan hal yang sama. Namun, cinta diantara praja rupanya tidak semudah persemian cinta di luar lingkup praja. Bagi pasangan praja, sebuah perjuangan lebih memang harus dilalui. Dan inilah artikel yang akan mengungkap perjalanan asmara sesama praja dan langkah mudah mengakhirinya di prosesi. Artikel ini saya dedikasikan kepada NWP. Vidia Prayuasmidan “ My illution” yang telah memberi saya inspirasi didalamnya.
            Cinta, merupaka kata yang sulit untuk didefenisikan. Annemarie Schimmel dalam bukunya, “ Akulah Angin Engkaulah Api. ”,
yang melukiskan kehidupan dan karya Jalaludin Rumi, mengatakan, “ Bagaimana menerangkan cinta? Akal yang berusaha untuk menjelaskannya seperti keledai di dalam rawa dan pena yang berusaha menggambarkannya akan hancur berkeping – keping “. Begitulah cinta, sebuah konsep abstrak yang tidak bisa dideteksi keberadaannya namun bisa dirasakan. Cinta datang kapanpun, dimanapun dan kepada siapapun yang menginginkannya.
Kelas, Menza dan Praktek Lapangan biasanya menjadi awal persmaiannya. Pertengkaran kecil antara praja terkadang menjadikan cinta setelah hilang benci. Semuanya bisa terjadi disini, karena pada dasarnya praja adalah insan biasa yang membutuhkan teman untuk berbagi cerita, cita dan duka.
 Selektif dalam memilih pasangan sudah menjadi keharusan, apalagi bagi praja yang menginginkan hubungan yang berkelanjutan, tidak hanya sebatas PKD (Pos Keamanan Dalam) Kampus saja. Inilah trik dan tips untuk menciptakan harmonisasi dalam hubungan :

  • Don’t judge the book look the cover. Jangan pernah menilai praja hanya dari tampilan luarnya saja. Terlena dalam tampilan luar tidak menjamin kesetiaan dan kebenaran kata – kata yang di ucapkannya.
  •  Jangan pernah menggadaikan perasaan cinta pada seseorang yang tidak mau berkomitmen. Kebjikan kampus daerah memaksa puluhan praja melakukan hal tersebut. Namun ingat, cinta itu bukan retorika yang bisa diselesaikan dengan sejuta bahasa dan seribu satu janji, tapi perlu ada komitmen dan tindakan yang nyata.
  • Hati – hati dengan perkembangan teknologi. Karena perkembangan teknologi informasi ternyata berbanding lurus dengan banyaknya kasus yang biasa kita “Andi Lau” (Antara dilema dan Galau) di kalangan praja. 
  • Jangan pernah membiarkan cinta berdiri sendiri tanpa di proteksi dengan kasih sayang. Cinta itu terkadang buta, ia bisa membuat kita melakukan hal – hal gila, dan tanpa adanya kasih sayang maka semuanya akan terjadi begitu saja.
  • Jangan pernah menggunakan teori kemungkinan. Mungkin ia adalah yang terbaik, mungkin ia setia, mungkin ia pengasih, mungkin ia penyayang, dan seterusnya. Karen orang yang sedang jatuh cinta, semua jadi indah. 
  • Jadilah pecinta yang kalkulatif, yang mengkalkulasikan segala untung dan rugi di tengah pusaran budaya hedonisme yang hanya menawarkan kenikmatan semu.
  • Gunakan teori layang – layang. Disaat ia mendekat, cobalah untuk mengulurkan tali dan sedikit menjauh. Disaat ia mulai menjauh, tariklah talinya dengan memancarkan pesona diri agar ia mendekat dengan perlahan.karena salah satu kelemahan cinta adalah ketika ia dibuat penasaran.
  •  Disaat akan menjalin cinta, bukalah lebar – lebar mata, telinga dan hati mendengarkan semua informasi tentang dirinya. Dan setelah memutuskan untuk berhubungan, tutup seluruh mata, telinga dan hati kecuali dari pasangan anda. Belajar untuk tetapkan hati dan prasangka.
Semoga kitab ini membantu banyak pasangan praja untuk melanjutkan perjalannnya hingga prosesi nantinya. “Cinta bukan sumber kebahagiaan, namun ketiadaan cinta adalah sumber derita. “(dodoL).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar